Mata pelajaran : Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia,Seni Rupa & matematika
Alokasi waktu : 1×35 menit
Pertemuan ke : 2
Model pembelajaran : (Pendidikan Pancasila PJBL); (Matematika PBL); (Seni Rupa PBL) dan Bahasa Indonesia PBL)
Media pembelajaran : LKPD, papan pintar FPB & KPK
🌠 Capaian Pembelajaran :
Pendidikan Pancasila
2.1 peserta didik diharapkan mampu memahami dan menerapkan berbagai norma dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat, serta mampu menjelaskan pentingnya norma dalam menciptakan kehidupan yang harmonis dan tertib
🌠 Capaian Pembelajaran :
Bahasa Indonesia
1.1 Pesertadidikmampumenganalisisinformasidenganmengidentifikasikanciriobjek,urutanproseskejadiandannilai-nilaidariberbagaitipeteksnonfiksidanfiksiyangdisajikandalam bentuk lisan,teksaural(teksyangdibacakandan/atau didengar),danaudio.
🌠 Capaian Pembelajaran :
Seni Rupa
1.1. Murid dapat mengamati, mengenal, merekam, dan menuangkan pengalaman kesehariannya secara visual dengan garis pijak dan proporsi
🌠 Capaian Pembelajaran : matematika
1.1
Peserta didik juga dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB. Peserta didik dapat membandingkan dan mengurutkan berbagai pecahan termasuk pecahan campuran, melakukan operasi penjumlahan dan pengurangan pecahan, serta melakukan operasi perkalian dan pembagian pecahan dengan bilangan asli. Mereka dapat mengubah pecahan menjadi desimal
🌅Tujuan Pembelajaran : Pendidikan Pancasila
2.1 Murid dapat memahami praktik berpancasila
🌅Tujuan Pembelajaran : matematika
2.1 Murid dapat memahami Cara menentukan FPB
🌅Tujuan Pembelajaran :Seni Rupa
2.1 Murid dapat memahami jenis-jenis ritme
🌅Tujuan Pembelajaran : Bahasa Indonesia
2.1 Murid dapat memahami majas pada teks
Ringkasan Materi
Pendidikan Pancasila
Praktik berpancasila di kelas 5 adalah penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, seperti menghargai perbedaan agama dan keyakinan (Sila Ketuhanan), saling menolong dan menghargai sesama (Sila Kemanusiaan), bekerja sama menjaga keutuhan dan persatuan (Sila Persatuan), bermusyawarah untuk mufakat (Sila Kerakyatan), dan berbuat adil serta gotong royong (Sila Keadilan Sosial). Contoh konkretnya adalah kegiatan kerja bakti, program menanam pohon bersama, atau mengajarkan sukarelawan membantu kegiatan membaca.
Contoh Praktik Berpancasila di Kelas 5
Sila Ketuhanan (Nilai Ketuhanan yang Maha Esa)
Menghormati teman yang berbeda agama atau keyakinan.
Tidak memaksakan keyakinan sendiri kepada orang lain.
Membina kerukunan hidup di lingkungan sekolah.
Sila Kemanusiaan (Nilai Kemanusiaan yang Adil dan Beradab)
Saling tolong-menolong saat teman kesulitan, misalnya dalam kegiatan belajar.
Menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan dalam setiap tindakan.
Bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
Sila Persatuan (Nilai Persatuan Indonesia)
Bekerja sama dalam kegiatan kelas atau sekolah tanpa membeda-bedakan.
Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi.
Menjaga keutuhan dan keharmonisan di tengah keberagaman.
Sila Kerakyatan (Nilai Kerakyatan yang Dipimpin oleh Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan)
Melakukan diskusi dan rapat bersama untuk menyelesaikan masalah di kelas.
Tidak memaksakan kehendak sendiri dan menghargai pendapat teman.
Sila Keadilan Sosial (Nilai Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
Berperilaku adil kepada semua teman.
Melakukan kegiatan gotong royong, seperti kerja bakti membersihkan taman atau membantu teman.
Mengajak teman untuk membuat lingkungan sekitar menjadi lebih baik, misalnya dengan menanam pohon.
TUGAS KARYA
Buatlah Pohon Norma seperti pada contoh di buku kalian pada halaman 57 buatlah bersama kelompok mu yang sudah dibagio bu guru mu.
MATEMATIKA
"FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) adalah faktor dari dua bilangan atau lebih yang bernilai sama dan paling besar".
Contoh,
Tentukan FPB dari 18 dan 24!
Jawaban,
Metode 1 : Dengan Faktor Persekutuan
Faktor 18 = 1, 2, 3, 6, 9, 18
Faktor 24 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24
Faktor Persekutuan dari 18 dan 24 adalah 1, 2, 3, 6
Faktor Persekutuan Terbesar dari 18 dan 24 adalah 6
Metode 2 : Dengan Pohon Faktor (Faktorisasi Prima)
Untuk menentukan FPB dari 18 dan 24 adalah dengan mengalikan faktor yang sama dan ambil pangkat yang paling kecil. Faktor yang sama dan memiliki pangkat terkecil adalah 2 dan 3. Jadi FPB dari 18 dan 24 adalah 2 x 3 = 6.
Contoh Soal Mencari Nilai KPK dan FPB
1. Tentukan KPK dari 10 dan 45
Jadi, KPK dari 10 dan 45 adalah 90.
2. Tentukan FPB dari 27 dan 36
Jadi, PFB dari 27 dan 36 adalah 9.
3. Mencari KPK di Kehidupan Sehari-hari
Mahesa dan Riri les matematika di tempat yang sama. Mahesa les setiap 3 hari sekali, sedangkan Riri les setiap 4 hari sekali. Pada hari Senin, Mahesa dan Riri les bersama-sama. Pada hari apa Mahesa dan Riri les bersama lagi?
Pembahasan:
Soal tersebut merupakan contoh aplikasi KPK dalam kehidupan sehari-hari. Kita cari terlebih dahulu KPK dari 3 dan 4.
KPK dari 3 dan 4 = 3 x 2 x 2 = 12
12 hari setelah tanggal 2 Juni 2023 adalah tanggal 19 Juni 2023.
Jadi, Mahesa dan Riri akan les bersama lagi pada tanggal 19 Juni 2023.
SENI RUPA
Pembelajaran ritme untuk kelas 5 SD melibatkan pemahaman dan penerapan prinsip ritme dalam seni rupa dan musik, yang meliputi penggunaan pengulangan unsur-unsur seni seperti garis, bentuk, dan warna untuk menciptakan pola teratur, variasi, atau pergerakan visual yang dinamis. Siswa dapat belajar melalui pengamatan objek di sekitar, analisis jenis-jenis ritme seperti repetisi, progresi, dan alternatif, serta praktik menggambar dan menciptakan pola ritme menggunakan berbagai media.
Konsep Dasar Ritme dalam Seni Rupa
Pengulangan Unsur Visual: Ritme adalah kesan gerak yang tercipta karena pengulangan unsur-unsur seni rupa (garis, bentuk, warna) secara teratur atau berpola.
Penciptaan Pola: Siswa belajar bagaimana menyusun unsur-unsur visual untuk menciptakan pola yang memberikan kepuasan estetika dan keindahan pada sebuah karya.
Jenis-jenis Ritme
Ritme Repetisi (Pengulangan): Mengulang satu atau beberapa unsur secara terus-menerus dan teratur, misalnya deretan titik atau bentuk persegi yang sama berulang.
Ritme Progresif (Berkembang/Makin Lama Makin): Mengubah unsur secara bertahap, seperti lingkaran yang ukurannya makin membesar, atau warna yang makin gelap.
Ritme Alternatif/Perpindahan: Mengganti dua unsur yang berbeda secara bergantian, misalnya persegi dan lingkaran berselang-seling.
Ritme Mengalir: Menciptakan kesan gerak yang halus dan lembut, sering kali melalui garis-garis melengkung atau variasi ukuran yang tidak terlalu kentara.
Pengamatan Lingkungan: Siswa diajak mengamati benda-benda di sekitar seperti susunan batu atau dinding untuk menemukan contoh ritme secara alami.
Analisis Unsur: Mempelajari unsur-unsur seni rupa yang membentuk ritme dan bagaimana unsur-unsur tersebut disusun dalam suatu karya.
Praktik Menggambar:
Alat: Siapkan alat gambar seperti pensil, krayon, atau spidol dan kertas gambar.
Teknik: Latih membuat ritme dengan cara cara mengulang dua bentuk seperti persegi dan lingkaran, atau membuat pola garis yang berulang.
Menggambarkan Emosi: Siswa belajar bahwa ritme tidak hanya tentang pola visual, tetapi juga dapat digunakan untuk menyampaikan suasana hati atau pesan tertentu dalam sebuah karya
BAHASA INDONESIA
Pengertian Majas
Majas adalah salah satu bentuk gaya bahasa untuk mendapatkan suasana dalam sebuah kalimat agar semakin hidup. Mudahnya, bisa kita pahami bahwa majas itu menjadi ungkapan yang dapat menghidupkan suatu kalimat. Majas melakukan penyimpangan dari makna dari suatu kata yang biasa digunakan.
Contohnya seperti di awal artikel tadi, “tangan kanan”. Tangan kanan jika dilihat dari makna sebenarnya ialah anggota tubuh manusia. Namun, dalam kalimat “Dia termasuk tangan kanan Pak Budi”, maka makna anggota tubuh pun hilang. Makna “tangan kanan” berubah menjadi orang kepercayaan.
Jenis-Jenis Majas
Jenis majas yang ada dalam Bahasa Indonesia ada sangat banyak sekali. Tapi, di artikel ini kita akan bahas beberapa saja ya yang sering muncul di pelajaran. Secara umum, kita akan membahas macam-macam majas, di antaranya majas perbandingan, majas sindiran, majas penegasan, dan majas pertentangan.
1. Majas Perbandingan
Majas perbandingan ini cukup banyak muncul di pelajaran sekolah, lho. Majas perbandingan adalah majas yang membandingkan atau menyandingkan antara satu objek dengan objek lainnya.
Ada pun majas yang termasuk ke dalam majas perbandingan, antara lain alegori, personifikasi, metafora, metonimia, asosiasi, hiperbola, simile, antonomasia, pars pro toto, totem pro parte, dan eufimisme.
2. Majas Sindiran
Majas sindiran adalah majas yang ditujukan untuk menyatakan sesuatu dengan maksud menyindir. Untuk jenis majas sindiran yang paling sering muncul di buku sekolah, seperti majas ironi, sarkasme, sinisme, satire, inuendo.
3. Majas Penegasan
Majas penegasan adalah majas yang digunakan untuk menyatakan suatu hal secara tegas. Nah, kalau untuk majas penegasan, di artikel ini nanti akan diberikan contoh dari pleonasme, repetisi, retorika, aliterasi, metonomia, simbolik, paralelisme, tautologi, dan kiasmus.
4. Majas Pertentangan
Selanjutnya, majas pertentangan adalah majas yang digunakan untuk mengekspresikan suatu hal dengan cara mempertentangkan dengan hal yang lainnya. Nah, majas pertentangan ini dibagi menjadi majas litotes, antitesis, paradoks, anakronisme, sinekdoke, oksimoron, dan kontradiksi interminus.
Contoh Majas
Sekarang, langsung saja kita masuk ke contoh majas berdasarkan macam-macamnya, seperti yang sudah disebutkan di atas tadi ya.
Contoh Majas Perbandingan
1. Majas Alegori
Majas alegori adalah majas yang menyatakan dengan ungkapan kiasan atau penggambaran.
Contoh: Hidup itu seperti roda berputar, kadang di atas, kadang pula di bawah.
2. Majas Personifikasi
Majas personifikasi adalah majas yang membandingkan antara manusia dengan benda mati, seolah-olah benda tersebut memiliki sifat layaknya manusia.
Contoh: Deburan ombak memecah karang.
3. Majas Metafora
Majas metafora ini merupakan majas yang memakai analogi atau perumpamaan terhadap dua hal yang berbeda.
Contoh: Anak itu dikenal sebagai kutu buku di kelasnya.
4. Majas Metonimia
Majas metonomia ini menyatakan suatu hal dengan memakai kata lain yang punya keterkaitan (misalnya sebuah merek dagang).
Contoh: Jamaah haji Indonesia pergi ke Makkah menggunakan Garuda.
5. Majas Asosiasi
Majas asosiasi digunakan untuk membandingkan perasaan atau emosi dengan suatu objek, simbol, atau situasi yang berbeda.
Contoh: Suara hujan mengingatkanku pada kesegaran dan ketenangan.
6. Majas Hiperbola
Majas hiperbola adalah majas yang menggunakan ungkapan yang berlebihan dan tidak masuk akal.
Contoh: Dentuman itu menggelegar membelah angkasa.
7. Majas Simile
Majas simile adalah majas yang digunakan untuk membandingkan dua hal yang berbeda, menggunakan kata ‘seperti’ atau ‘sebagai’.
Contoh: Kulitnya putih seperti salju.
8. Majas Antonomasia
Majas antonomasia biasanya menggunakan nama atau gelar yang mewakili orang atau sesuatu yang lebih spesifik, untuk menyampaikan ide atau perasaan secara implisit.
Contoh: “Bapak Proklamator” mengacu pada Soekarno sebagai proklamator kemerdekaan Indonesia.
9. Majas Pars Pro Toto
Majas pars pro toto adalah majas yang menggunakan sebagian unsur/objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
Contoh: Dari tadi pagi, ia tak menampakkan batang hidungnya.
10. Majas Totem Pro Parte
Majas totem pro parte adalah majas yang mengungkapkan keseluruhan objek padahal hanya sebagian objek saja.
Contoh: Indonesia mengalahkan Malaysia dalam pertandingan sepakbola tadi malam.
11. Majas Eufimisme
Majas eufinisme adalah majas yang menggunakan ungkapan lebih halus terhadap ungkapan yang dirasa kasar atau merugikan.
Contoh: Saat ini sedang dibahas penyesuaian tarif tol.
Contoh Majas Sindiran
12. Majas Ironi
Majas sindiran ini digunakan dengan cara menyembunyikan fakta dan mengatakan hal yang sebaliknya.
Contoh: Suaranya sangat merdu sekali seperti kaset kusut.
13. Majas Sarkasme
Majas sarkasme ini bisa dikatakan sebagai majas sindiran yang kasar.
Contoh: Putih benar wajah kamu, sampai bisa aku sendoki bedaknya.
14. Majas Sinisme
Majas sinisme ini lebih bersifat mencemooh atas ide atau pemikiran.
Contoh: Kamu sudah pintar ‘kan? Kenapa masih bertanya kepada aku?
15. Majas Satire
Majas satire adalah gaya bahasa yang mengandung penolakan, kritik, atau sindiran terhadap suatu gagasan, kebiasaan, atau ideologi. Namun, penyampaiannya dibalut dengan komedi atau sebagai bahan candaan.
Contoh: Ya Tuhan, soal semudah ini saja kamu tidak bisa menyelesaikannya?
16. Majas Innuendo
Majas innuendo digunakan untuk menyindir seseorang dengan cara mengecilkan fakta yang ada.
Contoh: Tak perlu takut, disuntik rasanya hanya seperti digigit semut kecil.
Contoh Majas Penegasan
17. Majas Pleonasme
Majas pleonasme adalah majas yang menambahkan keterangan pada kalimat yang sudah jelas (sebenarnya tidak diperlukan).
Contoh: Dia sudah turun ke bawah.
18. Majas Repetisi
Majas repetisi ini merupakan majas pengulangan kata, frasa, atau klausa untuk mempertegas maksudnya.
Contoh: Awas, tunggu kedatanganku besok! Tunggu!
19. Majas Retorika
Majas retorika ini berbentuk kalimat tanya, namun tidak memerlukan jawaban. Tujuan kalimat tanya tersebut sebagai penegasan akan suatu hal.
Contoh: Siapa yang tidak ingin terlahir kaya raya?
20. Majas Aliterasi
Majas aliterasi adalah majas yang menggunakan pengulangan huruf konsonan pada awal kata.
Contoh: Beli baju biru bersama Budi.
21. Majas Metonomia
Majas metonomia adalah majas yang menggunakan kata atau frasa untuk mewakili suatu objek. Kata yang digunakan biasanya masih terkait dengan objek tersebut.
Contoh: Yonas dikenal sebagai anak kutu buku di sekolahnya.
22. Majas Simbolik
Majas simbolik adalah majas yang menggunakan simbol atau lambang untuk mengekspresikan suatu ide atau perasaan.
Contoh: Mawar merah simbol dari cinta yang romantis.
23. Majas Paralelisme
Majas paralelisme adalah majas penegasan yang menggunakan pengulangan kata. Pengulangan ini memiliki struktur, ritme, atau gaya yang sama untuk menekankan ide atau perasaan.
Contoh: Siang hari adalah untuk bekerja, malam hari adalah untuk beristirahat.
24. Majas Tautologi
Majas tautologi adalah gaya bahasa berupa pengulangan gagasan, pernyataan, atau kata-kata secara berlebihan dan tidak perlu. Majas tautologi merupakan contoh dari redundansi bahasa.
Contoh: Saya percaya, yakin, dan mengimani kalau Tuhan selalu bersama kita.
25. Majas Kiasmus
Majas kiasmus merupakan gaya bahasa yang berisi pengulangan, sekaligus kebalikan (invers) dari susunan antar kata dalam satu kalimat.
Contoh: Sering ditemukan dalam keseharian kita, orang pandai merasa dirinya bodoh, namun orang bodoh merasa dirinya pandai.
Contoh Majas Pertentangan
26. Majas Litotes
Majas litotes merupakan majas yang menggunakan ungkapan penurunan kualitas untuk merendahkan diri.
Contoh: Silakan datang ke gubukku yang kumuh.
27. Majas Antitesis
Majas antitesis adalah majas yang menggunakan dua kata berlawanan untuk mengungkapkan suatu pertentangan.
Contoh: Dia adalah cahaya dalam kegelapan, juga bayangan dalam cahaya.
28. Majas Paradoks
Majas paradoks adalah majas yang mengandung pertentangan antara kenyataan dengan fakta yang ada, tapi pada kenyataannya mengandung kebenaran.
Contoh: Daerah ini tandus, tetapi penduduknya makmur.
29. Majas Anakronisme
Majas anakronisme adalah majas yang mengandung ketidaksesuaian antara suatu peristiwa dengan waktu seharusnya.
Contoh: Di zaman sekarang, bayi baru lahir sudah bisa mencari uang.
30. Majas Sinekdoke
Majas sinekdoke adalah gaya bahasa yang menyebutkan sebagian untuk seluruh bagian, atau sebaliknya.
Contoh: Semua mata tertuju padaku, membuatku gugup selama pertunjukan.
31. Majas Oksimoron
Majas oksimoron adalah gaya bahasa yang mengandung kata-kata berlawanan dalam satu kalimat.
Contoh: Kini, di hatiku bercampur baur antara perasaan cinta dan benci.
32. Majas Kontradiksi Interminus
Majas kontradiksi interminus adalah gaya bahasa yang mengandung sangkalan dari pernyataan yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Contoh: Semua peserta lomba sudah siap, kecuali perempuan itu.
latihan
kesimpulan
Alhamdulilah pada pembelajaran kita hari telah kita lalui bersama, dengan pembelajaran projek dalam perilaku berpancasila pada materi pendidikan pancasila ananda sudah dapat menuliskan contoh penerapan pada norma yang sesuai dengan kehiduoan sehari-hari. dan pada pembelajaran seni rupa anada juga sudah mengenal konsep dan jenis-jenis ritme yang ada pada lingkungan sekitar, untuk pembelajaran matematika ananda sudah memahami konsep faktor bilangan dengan metode problem based learning kalian dapat menentukan faktor bilangan dari contoh soal yang miss berikan pada lembar LKPD dan untuk pembelajaran bahasa indonesia ananda sudah memahami dan mengenal berbagai jenis gaya bahasa atau majas dengan mengerjkan puzzle majas personfikasi yang tadi kalian kerjakan.
Penutup
alhamdulilah selsai sudah untuk pembelajaran hari ini smeoga bermanfaat wassalamualaikum wr wb
0 komentar:
Posting Komentar